IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN LITERASI BERBASIS LOKAl
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Dalam hal ini model kontekstual relevan untuk meningkatkan literasi berbasis sastra lokal.
Gerakan literasi memang sebagai bukti hadirnya peradaban. Literasi berarti melek. Literasi sastra artinya melek sastra. Melek mengandung konteks paham dan mampu menjalankan. Melek sastra juga mampu beroleh sastra. Literasi mungkin telah menjadi istilah yang familiar bagi banyak orang. Namun tidak banyak dari mereka memahami makna dan definisinya secara jelas, sebab memang literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang.
Salah satu pembelajaran untuk meningkatkan literasi sastra lokal yang digunakan pendidik adalah dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (contextual Teaching and Learning) merupakan konsep yang dapat membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran Literasi cendrung kurang mengangkat isu-isu kontekstual yang ada di masyrakat. Fenomena lain menunjukan bahwa guru tidak mengaitkan materi dengan situasi nyata kehidupan sesuai konteks kehidupan masyrakat. Proses belajar melalui pembelajaran kontekstual adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhadi (2004) yang mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah konsep dimana guru menghadirkan duniaa nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya di kehidupan mereka sehari-hari.
Tujuan penulisan ini adalah agar pengetahuan yang di dapat disekolah atau lembaga pendidikan dapat diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Literasi dapat membantu seseorang memahami dengan baik, dalam hal ini seseorang dituntut untuk menguasai pembelajaran kontekstual dan penerapanya khususnya literasi berbasis sastra lokal.
Model pembelajaran Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu
a) modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, petunjuk, rambu-rambu, contoh),
b) questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,, inkuiri, generalisasi),
c) learning community (seluruh siswa partisipasi dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan)
d) inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan)
e) constructivism (membangun pemahaman sendiri , mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
f) reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),,
g) authentic assessment ( penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Literasi dalam pembelajaran
Budaya membaca dan menulis dalam pembelajaran sudah lama diterapkan oleh guru. Hanya saja, implementasinya dalam pembelajaran perlu disempurnakan. Penyempurnaan dimaksud berkaitan dengan unsur dalam kegiatan literasi. Selain itu, budaya literasi diintegrasikan melalui strategi dan model pembelajaran, metode mengajar, pengelolaan kelas dan kegiatan evaluasi. Dalam kurikulum 2013, budaya literasi, sebagaimana halnya pendidikan karakter, tidak menambah atau menyisip materi pelajaran yang sudah ada. Agar pembelajaran diperlukan sebagai sumber dan media belajar. Sumber belajar tidak hanya guru, lingkungan sekitar juga menjadi bahan atau sumber belajar .
Apa yang terdapat diruang kelas dapa dimanfaatkan bahan dan sumber belajar. Begitu pula buku panduan, buku wajib dan buku penunjang. Jika tidak memadai diruang kelas, guru dapat membawa siswa ke ruang pepustakaan atau buku itu sendiri yang dibawah keruang kelas. Sumber dan media belajar dapat dalam bentuk audio maupun visual. Oleh sebab itu, literasi dikelompokan kedalam literasi audio dan literasi visual. Strategi literasi mengandung makna meningkatkan kemampuan dalam memanfatkaan berbagai sumber informasi yang ada di berbagai media. Misalnya media cetk (buku, jurnal tabloid, sura kabar, majalah, dll). Dalam entuk digital dtrategi literasi menghendaki peserta didik dapat mengakses dan memanfaatkan media internet dan media digital yang berkembang dewasa ini.
Implementasi pembelajaran kontekstual dalam meningkatakan literasi berbasis lokal
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan. Dalam hal ini pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam meningkatkan litrasi melalui pembelajaran.
Literasi adalah kemampuan mengakses, membaca, menulis, memahami,menambah pengetahuan dan keterampilan, berpikir kritis dalam memecahkan masalah, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dan berpatisipasi dalamkehidupan masyrakat.
Bentuk integrasi literasi dalam proses pembelajaran kontekstual antara lain;
a) mengamati objek media gambar/charta
b) mengamati lingkungan sekitar sekolah berkaitan dengan materi pelajaran
c) membaca sumber belajar seperti buku pelajaran
d) membaca sumber belajar seperti buku pelajaran, iks, buku catatan, dll
e) mengumpulkan informasi
f) mendiskusikan secara kelompok
g) mempresentasikan hasil diskusi
h) bertanya dan menjawab pertanyaan
i) menyimpulkan
j) menyajikan laporan disuksi secara tertulis
k) memajang laporan diskusi di perpustakaan sekolah atau mading.
Pada kegiatan literasi pembelajaran berbasis lokal guru bahasa indonesia perlu menyiapkan bahan bacaan atau teks yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal. Cerita-cerita rakyat, berita, bacaan yang menginspirasi dapat dipilih untuk mengembangkan karakter siswa melalui literasi berbasis lokal. Tahap literasi dalam pembelajaran bahasa indonesia berbasis kearifan lokal dapat dilakukan hal-hal berikut:
a) tahap think-aloud siswa diharapkan dapat membunyikan secara lisan apa yang ada dalam pikiran siswa pada saat berusaha memahami bacaan, memecahkan masalah, atau mencoba menjawab pertanyaan guru atau siswa lain. Kaitkan setiap isi bacaan dengan muatan kearifan lokal. Strategi ini dapat membantu siswa memonitor pemahamanya, berpikir tingka tinggi, dan membentuk karakter.
b) Inferensi merupakan simpulan sementara berdasarkan informasi yang tesirat dalam teks.
c) Keterkaitan antar teks atau intertekstualitas,
d) Istilah “ringkasan” kegiatan ini membantu siswa membentuk karakter dan berpikir tinggi
e) Evaluasi teks, kegiatan ini membantu siswa membentuk karakter dan berpikir tingkat tinggi.
f) Modal merujuk pada bagaimana atau dengan cara apa pesan disampaikan (teks tulis audio, visual, audiovisual, digital, kinesteik, dsb)
g) Pengatur grafis dan
h) Konteks.
Melalui strategi literasi dan model kontekstual dalam pembelajaran bahasa indonesia berbasis lokal siswa diharapkan dapat memahami isi teks dan mengaitkan isi teks dengan kehidupan nyata. Siswa juga dibiasakan berpikir tingkat tinggi karena selalu memprediksi di awal pembelajaran dan melakukan evaluasi di akhir pembelajaran dengan membuat simpulan. Jika siswa mampu membuat kesimpulan maka siswa dapat melakuakan banyak hal yang bermanfaat bagi sesama, menjadi pribadi yag santun, jujur, bertanggung jawab. Dalam hal ini, materi pembelajaran dapat memanfaatkan lingkungan belajar siswa dan sastra daerah(lokal).
Model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan literasi berbasis lokal karena siswa mampu mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata dan mengimplementasikan pengetahuan tersebut padSa lingkungan sekitar.

Komentar
Posting Komentar