Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “ Seribu Kunang-Kunang dengan Gaya Analitik” Karya Umar Kayam.



Penulis memberikan persepsi kehidupan dua tokoh dalam cerpen “Seribu Kunang-kunang  di Manhattan” yang sibuk dengan kehidupanya masing-masing namun dipertemukan dalam sebuah percakapan dialog.


Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “ Seribu Kunang-Kunang dengan Gaya Analitik” Karya Umar Kayam.



       Kadang sebuah cerpen sulit dipahami, hal tersebut karena kisahnya yang dianggap kurang jelas klimaksnya atau tidak memuaskan pembaca, seolah-olah menyuruh pembaca menyelesaikan ceritanya dengan versi yang berbeda-beda. Hal tersebut bisa kita temukan dalam cerpen “ Seribu Kunang-Kunang di Manhttan”.  pola atau keteraturan macam apakah yang bekerja dibalik itu? Teknik apa yang digunakan Umar kayam pada cerpen tersebut?

       Artikel ini untuk menjawabi pertanyaan-pertanyaan di atas pola keteraturan cerpen pada umumnya menggunakan pola yang sistematis atau terstruktur mulai dari tahap Eksposition, Rising Action, Klimaks, Antiklimaks, dan Resolution.
Berbeda dengan cerpen “ Seribu Kunang-Kunang di manhattan” penulis menggunakan alur gerak yaitu hanya mulai  dari tahap Eksposition sampai tahap Klimaks tidak sampai tuntas pada tahap Resolution. Mulai dari jane dan Marno, sepasang lelaki dan perempuan yang duduk bersama dan saling bercakap di sebuah rumah. Hal ini dibuktikan dengan kutipan.
“mereka duduk bermalas-malasan di sofa. Marno dengan segelas scoth dan jane dengan segelas martini. Mereka sama-sama memandang keluar jendela.”
“bulan itu ungu, marno”
“ kau tetap hendak memaksaku untuk tetap percaya itu?”
“ya, tentu saja, kekasihku. Ayolah akui itu. Itu ungu, bukan?”
“kalau bulan itu ungu, apa pula warna langit dan mendungnya itu?”
“oh, aku tidak ambil pusing tentang langit da mendung. Bulan itu u-ng-u!U-ng-u! Ayolah, bilang ungu!”
“kuning keemasan!”
“Setan! Besok aku bawah kau ke dokter mata.”
jane mulai terbawa kerinduanya pada Tommy, bekas suaminya. Ia merasa di Alaska sana tommy kedinginan dan merasa kesepian dan jane khawatir. Jane ingin bercerita pada Marno mengenai cerita tommy yang mengirimkan sebuah boneka indian yang cantik. Hal ini dibuktikan dengan kutipan ““ Aku harap itu betul. Sungguh, darling. Aku serius. Aku harap itu betul.”
“kenapa”?
“sebab, seee-bab aku tidak mau Tommy kesepian dan kedinginan di alaska. Aku tidak maaau”.
“tetapi bukankah belum tentu Tommy berada di alaska belum tentu pula sekarang Alaska dingin”.
“aku ingat Tommy pernah mengirimi aku sebuah boneka indian yang cantik dari Oklahoma City beberapa tahun yang lalu. Sudahkah aku ceritakan hal ini kepadamu?”.
“aku kira sudah, jane. Sudah beberapa kali”.
“oh”.

Penampilan Masalaha
       Marno mulai teringat akan memorinya pada kampung halaman, ia berimajinasi bahwa ada suara jangkrik dan katak yang menyanyi diluar kamarnya. Konflik atau pengantar konflik terlihat saat jane teringat pada piyama yang dibelikanya untuk Marno, dan dengan girangnya ia masuk ke dalam kamarnya untuk ,mengembalikan piyama tersebut kepada Marno. Marno kemudian bersiap meninggalkan jane dan piyama itu, jane berharap Marno akan segera menelponnya. Marno mencium dahi jane, kemudian perlahan-lahan meninggalkannya di kamar itu. Jane kemudian terlelap dan diceritakan bantalnya basah.
       Pembaca dapat menafsirkan sendiri apa yang dikehendaki pembaca. Cerita ini dapat menjadi multi tafsir karena pembacalah yang akan mengakhiri cerita ini.
Teknik yang digunakan oleh penulis dalam cerita “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan” adalah teknik dialog atau percakapan. Penulis membangun alur dengan menggunakan teknik dialog atau percakapan. Tidak ada unsur penceritaan yang jelas, atau konflik, membuat tema menjadi nonsense. Cerpen ini seolah mengantarkan pembaca pada sebuah suasana, kepada sebuah konflik tanpa harus mengakhiri konflik tersebut.  Artinya, pembaca dibawah pada sebuah konflik, namun konflik tersebut dibiarkan begitu saja tanpa ada klimaks, anti-klimaks dan resolusi atau secara mudah cerita dibuat menggantung tanpa ada maksud yang tersalin dalam cerita tersebut. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kutipan pada cerpen “Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”  contoh kutipannya
‘jane“marno memandang piyama yang ada di tangannya dengan keraguan”`
“jane”
“ya, sayang”
“eh, aku belum tau apakah aku tidur disini malam ini?”
“oh, kau banyak kerja?”
“eh, aku belum tahu apakah aku tidur disini malam ini”.



       Jane dengan kehidupan budaya bartnya dan Marno yang memiliki budaya asli timur ini  diracik penulis menjadi sebuah cerita yang menarik. Penulis memberikan persepsi kehidupan dua tokoh tersebut yang sibuk dengan kehidupanya masing-masing namun dipertemukan dalam sebuah percakapan dialog.
cerpen pada umumnya menggunakan pola yang sistematis atau terstruktur mulai dari tahap Eksposition, Rising Action, Klimaks, Antiklimaks, dan Resolution.
Berbeda dengan cerpen “ seribu kunang” penulis menggunakan alur gerak yaitu hanya mulai  dari tahap Eksposition sampai tahap Klimaks tidak samapi tuntas pada tahap Resolution. mulaidari jane dan Marno, sepasang lelaki dan perempuan yang duduk bersama dan saling bercakap di sebuah rumah. Hal ini dibuktikan dengan kutipan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Ulang Tahun My Inggriani

SMA 3 Borong dan Kisah kita.