Feature

“Belajar (dirumah) untuk mengatasi bukan membebani.”`




“ Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya!” (Bung Karno).

Lampu-lampu yang berkelipan di belantara pencakar langit yang kelihatan dari jendala turut menemani Nai mengerjakan tugasnya.
“huuuufffff .....belum selesai yang satu muncul lagi tugas baru, tugas...tugas ibaratkan pacaran belum move on dari mantan, ehhhhh pacaran lagi” gumam Nai sambil mengerjakan tugas di depan teras dengan seduhan kopi khas Manggarai Timur di temani musik “Layang kangen” dari Nufi Wardhana.
Kebijakan “Belajar dari rumah” yang diambil Kemendikbud sebagai upaya mencegah penyebaran wabah COVID-19 sudah dijalani tiga minggu terakhir. Hampir seluruh pemerintah daerah telah menerapkan kebijakan ini sebagai bentuk memprioritaskan keselamatam peserta didik.  Berbagai Universitas telah memutuskan memfasilitasi kuliah dari rumah melalui pembelajaran daring. Realita tersebut tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Sayangnya, ketidaksiapan kampus serta kegagapan dosen dalam menggunakan teknologi daring menyebabkan proses belajar mengajar menjadi terhambat. Banyak dosen yang pada akhirnya sekadar mengunggah materi dan memberikan tugas kepada mahasiswa tanpa ada interaksi maupun timbal balik.
 Ada berbagai cara yang dilakukan setiap lembaga agar pembelajaran dirumah dapat berjalan secara efektif salah satunya guru berjalan dari rumah ke rumah (murid) untuk memberikan tugas.  Basilius Teto selaku kepala dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mangarai Timur mengakui tidak bisa meniru beberapa daerah lain yang cara belajarnya berubah dengan cara online. Pasalnya mereka terkendala fasilitas, “ wilayah di Sembilan kecamatan  kabupaten Manggarai timur belum memadai fasilitas jaringan internet sehingga sulit bagi siswa belajar secara online”,
Bukan soal cepatnya tapi tepat-nya.
Nai adalah mahasiswa aktif di salah satu Universitas di Ruteng Manggarai tengah.  Ia terlahir dari keluarga yang sederhana, anak pertama dari tiga  bersaudara . dua adik dibawahnya  kelas satu dan tiga SMA. Keluarga mereka tergolong keluarga yang pas-pasan sebagai anak sulung Nai harus mampu meringangkan beban kedua orangtuanya tidak seperti teman lainnya, pulang kampus berkumpul  dengan teman-teman dia justru harus melaksanakan kerja sampingan “ kerja sambil kuliah” yaitu, membantu tetangga mencuci, menyeterika hingga membersihkan rumah, pendapatannya tidak seberapa palingan satu hari 30rb, lumayan uang untuk print dan mengerjakan tugas di warnet (Warung internet) maklum saja belum ada laptop.
Ditengah wabah Corona masalah ekonomi sangat dirasakan oleh nai sebagai mahasiswa yang masih bergantung dengan orangtua, yang mengharuskannya belajar dari rumah sementara dia tidak memiliki laptop. Disisi lain ke-dua adiknya menggunakan HP yang sama.
Untuk mengatasi hal tersebut berbagai cara dilakukannya dia harus ke luar rumah “menumpang” di laptop temannya belum lagi dia harus menunggu hingga pemilik laptop selesai mengerjakannya kadang juga laptop dibawahnya kerumah dengan catatan pemilik laptop hanya copy paste tugas yang telah dikerjakanya.
 Saat dia serius mengerjakan tugas tampaknya ada beberapa tetangga yang membahas masalah yang kini jadi topik pembicaraan yang hangat untuk didiskusikan   “ tampaknya pembelajaran dari rumah tidak terlalu efektif  apalagi dilaksanakan di daerah kita, banyak hal yang seharusnya menjadi pertimbangan mengenai belajar online” kata seorang bapak paruh baya  “ belajar online di daerah kita? Heheheheheheh fasilitas belum memadai” tanggapan bapak disebelahnya sementara mereka bercakap anak SMA menghampiri mereka dan sedikit menceritakan masalah yang dihadapinya dalam mengerjakan tugas. “ huuuuu tugas satu belum selesai yang satu muncul lagi , jaringan tidak bagus, kadang listrik padam, mau pake HP ehhhhhh adik yang satu juga butuh” .
“ Ternyata masih banyak yah yang lebih sulit dari aku”
Nai pun melanjutkan tugasnya sembari menikmati angin sore pantai, perlahan petang menyambut senja malampun menghampiri seolah menyuruhku berhenti sejenak. Langit bersih malam itu, kecuali di sekitar bulan. Beberapa awan menggerombol disekeliling bulan hingga cahaya bulan jadi suram karenanya.
Disisi lain nai  memiliki kendala dalam melaksanakan belajar dirumah masalah yang dihadapi sebenarnya simpel saja hanya dipersulit oleh dosen tertentu. Sangat dirasakan oleh mahasiswa kesulitan saat belajar di rumah dari mengerjakan tugas hingga UTS berlansung melalui online ada saja dosen yang seolah-olah membebani siswa misalnya mewajibkan siswa untuk bergabung di google cllassroom padahal ada beberapa teknik lain dalam mengirim tugas misalnya melalui WhatsAPP, facebook ataupu E-mail  intinya tugas tersebut diselesaikan tepat waktu, namun masalah yang dihadapi Nai sendiri sebenarnya bisa diatasi hanya saja dosen mewajibkannya atau mengharusakan siswa mengirim tugas melalui cllassroom. sementara itu, Handphone yang digunakan Nai adalah HandPhone yang bermasalah sehingga sulit bergabung di cllassroom saat masalah tersebut Nai berusaha mengatasinya dengan meminta bantuan kepada dosen agar dapat mengirim tugas melalui WhatsAPP, Faceebook atau E-mail namun, salah satu dosen tidak ingin menerima tugas tersebut atau dianggap tidak mengerjakan tugas jika tidak dikirim melalui Classroom Hal ini sama saja membebani atau mempersulit siswa. Belum selesai tugas yang satu ehhhh masalah baru  datang selain itu, hampir setiap hari dosen yang sama memberikan tugas hal ini berarti memberikan tugas tidak sesuai dengan jadwa kuliah.
Belajar dirumah sebagai upaya mencegah penyebaran wabah COVID-19. Jaga jarak itu perlu namun, tugas yang diberikan dosen ada yang mengharuskan siswa bekerja kelompok. Jadi mahasiswa terpaksa memegang prinsip “masa depan memaksa kami untuk berdekatan”. Dimana tanggung jawab lembaga? Apakah hal itu dapat mengatasi kesulitan Mahasiswa selama belajar di rumah atau justru Membebani?. Belajar dirumah adalah upaya mencegah penyebaran COVID-19 namun,di sisi lain dapat membebani siswa apalagi masalah yang seperti dihadapi Nai, sebenarnya bukan masalah hanya saja, dosen sendiri yang mempersulit. Pertanyaanya Apakah siswa (Mahasiswa dibebani dengan COVID-19 ataukah dengan tugas yang ada?.
Nai yang masih bergantung dengan orangtua dengan ekonomi yang pas-pasaan harus mengahadapi masalah yang sebenarnya bisa diatasi. Bukan mengatasi malah membebani hingga akhirnya dia memutuskan untuk Cuti semester ini mengingat dua adik dibawahnya lebih membutuhkan apalagi yang duduk di kelas tiga SMA, harus melaksanakan Ujian Nasional berbasis online. Hal ini, berarti dia lebih banyak waktu menggunakan HandPhone  dan lebih banyak membutuhkan Kuota.
Harapan Nai jika memang belajar di rumah sebagai upaya mencegah penyebaran wabah COVID-19. Perlu diperhatikan hal-hal kecil seperti yang dihadapi Nai. Belajar (di rumah) untuk mengatasi, bukan Membebani. Jangan mempersulit mahasiswa (siswa) jika bisa diatasi kenapa harus di persulit. Didaerah tertentu saja pendidik turun lapangan dalam artian pergi dari rumah ke rumah untuk meringankan beban siswa tapi kenapa Universitas yang nota bene bisa disebut “mampu” melaksanakan Belajar online seolah membebani siswa? Entahlah..



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “ Seribu Kunang-Kunang dengan Gaya Analitik” Karya Umar Kayam.

Selamat Ulang Tahun My Inggriani

SMA 3 Borong dan Kisah kita.