Pendidikan dalam budaya manggarai


       Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Pendidikan berarti proses mendidik atau melakukan suatu kegiatan yang mengandung proses komunikasi pendidikan antara yang mendidik dan yang  dididik.  Dengan perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik,dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. tujuan pendidikan harus berupaya melestarikan budaya yang baik dari masyarakat.
Kebudayaan bukanlah istilah asing bagi kita. Hampir semua orang  pernah mendengar istilah tersebut, bahkan mungkin menggunakanya. Secara konsepsional semua kebudayaan adalah baik, tetapi dalam pelaksananya bisa dipraktikannya secara benar dan bisa pula secara salah. Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang terbentuk secara evolusional (secara peralahan-lahan hampir tanpa disadari), dari ketidaksempurnaan menuju kesempurnaan. Dalam hidup berbudaya tentunya muncul berbagai masalah. Salah satu hal yang menyebabkan masalah tersebut karena kurangnya mendapat pendidikan. Pendidikan seringkali di abaikan karena dianggap tidak penting. Padahal tujuan pendidiikan harus berupaya melestarikan budaya yang baik dari masyrakat dan diekspresikan dalam berbagai bentuk dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Manggarai salah satu kawasan di propinsi NTT yang memiliki beragam kebudayaan diantaranya seni tari, seni suara dan seni sastra.  Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini mempengaruhi budaya di manggarai seiring dengan berjalannya waktu budaya manggarai hampir punah hal ini karena generasi saat ini lebih mencintai budaya luar dan mempelajarinya hal ini menyebabkan budaya manggarai tidak dilestarikan .   adapun nilai pendidikan yang dapat diambil dari budaya manggarai contohnya belajar dari budaya lonto leok, budaya congka sae, dan budaya caci. Ketiga budaya ini mencerminkan bagaimana kehidupan masyrakat manggarai dan cirri khas dari budaya manggarai tersebut. Melalui pendidikan dapat melestarikan budaya manggarai yang hampir punah. Dengan melestarikan berarti menumbuhkan kembali rasa persaudaraan atau kebersamaan masyrakat manggarai.

Konsep pendidikan
a. Pengertian pendidikan
Driyarkara (Drs.H. Fuad Ihsan. 2011:4)  mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda.  Adapun beberapa pengertiaan pedidikaan yaitu:
suatu proses pertumbuhan yang meyesuaikan dengan lingkungan,
suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya;
suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyrakat;
suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.
Berdasarkan pengertiaan diatas dapat disimpulkan pendidiikan adalah suatu proses mendewasakan diri.
b. manfaat pendidikan
memberikan pemahaman kepada anggota masyrakat dan sivitas akademika tentang eksistensi dan peran museum pendidikan.
memberikan informasi tentang perkembangan pendidikan nasional baik secara horizontal atau vertical, baik jenis maupun jenjang pendidikan melalui berbagai koleksi, symbol, dan dokumen yang terkait dengan pewnyelenggaraan pendidikan dari tahun ke tahun.
Memberikan penghargaan kepada para perintis, tokoh dan para pejuang nasional.
c. Tujuan  pendidikan
a) Sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan nasionalisme melalui dunia pendidikan.
b) Menciptakan laboratorium pendidikan sebagai sarana pembelajaran dan penelitian bagi sivitas akedemika dan anggota masyrakat
c) Menumbuh kembangkan semangat dan komitmen bagi sivitas akedemika dan anggota masyrakat untuk selalu memperhatikan dan  berkreasi dalam upayameningkatkan kualitas pendidikan.

Kebudayaan

a) Pengertiaan kebudayaan
kebudayaan merupakan hasil karya cipta, rasa dan karsa manusia. Lingkupnya mencakup banyak aspek kehidupan seperti hukum, keyakinan, seni, adat atau kebiasaan, susila, moral, dan juga keahlian. Kehadirannya mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang, gagsan, ide, meskipun budaya berwujud abstrak.
b) Manfaat kebudayaan
Sebagai alat pemersatu
Perbedaan budaya dalam suatu Negara bukanlah sebuah jurang pemisah antara suku satu suku lain. Perbedaan dalam kebudayaan adalah sebuah alat untuk belajar menghargai perbedaan.
Sebagai identitas
Perbedaan budaya yang ada di muka bumi ini memberikan kita identitas tersendiri yang dapat menjadi cirri khas agar mudah dikenali. Jika sebuah bangsa memiliki budaya dan kebudayaan yang kuat, hal itu akan menjadi nilai tambah di mata dunia
Memperkaya kebudayaan nasional
Kebudayaan local dan nasional memiliki perbedaan. Jika kebudayaan local adalah sebuah budaya yang dimilikioleh suku atau ras tertentu; sedangkan budaya nasional adalah kebudayaan suatu Negara yang berisi kebudayaan-kebudayaan local.




Kebudayaan masyarkat manggarai

       Kebudayaan masyrakat manggarai dapat dilihat dari cirri khas bahasa dan kebiasaan atau adat istiadat. Bahasa manggarai menjadi umum di manggarai dan hampir dikuasi oleh semua orang dimanggarai dari berbagai wilayah. Bahasa ini sebenarnya digunakan oleh orang manggarai dari wilayah bagian tengah. Meskipun bahasa manggarai menjadi umum namun dua wilayah timur yakni rongga dan rembong memiliki bahasa yang khas dan berbeda dengan bahasa manggarai. Menurut Fransiskus xaverius Do KoO, pembagian bahasa dimanggrai dapat ditelusuri dari klasifikasi kata “tidak”. Orang manggarai tengah dan bahasa yang digunakan di wilayah ini disebut bahasa Toe. Orang rongga dengan bahasa rongga menggunakan bahasa Mbaen. Dan orang rembong dan wilayahnya dekat dengan perbatasan dengan kabupaten Ngada menggunakan bahasa Pae. Perbedaan yang paling menyolok dari ketiga jenis bahasa ini terletak dalam kosa kata, dialek dan konsonan-vokal yang dimiliki setiap bahasa.
Sedangkan diwilayah barat, hampir semua kata yang digunakan sama dengan kosa kata yang di pakai dimanggarai tengah. Perbedaan yang cukup kentara terletak dalam dialek, sedangkan konsonan-vokal tidak memiliki perbedaan yang menyolok. Verheijen (Kanisius Teobaldus Deki. 2011:44) melihat perbedaan itu dalam kekhususan yang dimiliki setiap bahasa.  Selain bahasa manggarai juga memiliki budaya yang menjadi cirri khas budaya manggarai itu sendiri.
1. Budaya tarian caci
Pengertian
Caci adalah komunikasi antara tuhan dan manusia. “ca” berarti satu dan “ci” berarti uji. Ci adalah symbol tuhan, kesatauan, ibu pertiwi dan bapak langit. Perisai ditangan kanan dalah lambang rahim dan ibu pertiwi. Tongkat anyaman ditangan kiri yang juga berfungsi sebagai pelindung adalah lambang langit.
Tari caci adalah kesenian tradisional sejenis tarian perang khas dari masyrakat manggarai di pulau flores, Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian rakyat manggarai yang merefleksikan kebudayan dan keseharian masyrakat manggarai Tarian ini merupakan tarian yang dimainkan oleh dua penari laki-laki yang menari dan saling bertarung dengan menggunakan cambuk dan perisai sebagai senjatanya. Tarian caci ini juga merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup terkenal di Pulau Flores, NTT. Tarian ini sering ditampilkan diberbagai acara seperti saat syukuran musim panen (hang woja), ritual tahun baru (penti),dan berbagai upacara adat lainnya. Menari caci merupakan tradisi yang sangat kental bagi orang mnggarai. Menari caci merupakan sebuah permainan rakyat yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh leluhur manggarai raya.
Makna dan nilai-nilai dalam tarian caci.
Sebagaimana fungsinya, tarian ini merupakan media bagi para laki-laki manggarai dalam membuktikan kejantanan mereka, baik dalam segi keberanian maupun ketangkasan. Walaup mengandung unsure kekerasaan didalamnya, kesenian ini memiliki pesan damai didalamnya seperti semangat sportivitas, saling menghormati, dan diselesaikan tanpa dendam diantara mereka. Hal inilah yang menunjukan bahwa mereka memiliki semangat dan jiwa kepahlawanan dalam jiwa mereka. Tarian caci sebagai tarian rakyat manggarai yang merefleksikan kebudayaan masyrakat manggarai dalam kehidupan keseharian mereka. Oleh karena itu dengan menelaah tarian caci tersebut dapat diketahui bagaimana masyrakat manggarai memaknai hidup dan kehidupannya. Tarian caci bagaimanapun mencerminkan sifat, cirri, dan tingkah laku masyrakat manggarai. Tarian caci adalah tarian khusus untuk laki-laki. Hanya kaum laki-laki yang diperbolehkan menari caci. Kalaupun dalam pertunjukan caci tersebut perempuan terlibat. Keterlibatan para perempuan tersebut hanya sebagai pendukung, mereka bukanlah sebagai pelaku utamanya. Maksudnya yang boleh bermain caci hanyalah laki-laki, kaum perempuan hanya membantu agar pertunjukan itu berjalan lancer dan meriah. Tarian caci sebagai tarian tradisi masyrakat manggarai yang memiliki kekhasan dan kekhususnya. Beberapa kekhasan tarian caci adalah
Keunikan dari permainan rakyat ini terletak pada pemain-pemain yang turun dilapangan sambil menari-nari dan menyanyikan lirik lagu menghibur penonton maupun menggelabaui lawan. Saat itu, suara-suara emas dari pemain caci dilantumkan dalam dialek-diale bahasa daerah setempat.
Kekhasan pada pakaian yang dikenakan pada peserta. Dalam sebuah permainan caci, ada bebrapa peralatan caci yang disiapkan oleh tuan rumah, seperti Nggiling ( Tameng), Larik ( Cemeti) yang terbuat dari kulit kerbau bagi orang manggrai dan manggarai barat sementara bagi manggarati timur memakai ijuk muda dari pohon Enau. Juga panggal, ( penutup kepala), selendang untuk menutup bagian wajah. Juga Nggiring (alat bunyi yang terbuat dari besi berbentuk gong kecil. Biasanya dipakai dibagaian belakang para pemain caci
Kekhasan pada peraturan dan tata tertib permainan. Permainan rakyat ini sangat berbeda dimana, pemainya ada dua orang. Satu lawan satu. Satu yang memukul dengan menggunakan cemeti (larik) dan lawan menangkis dengan sebuh alat yang disebut Nggiling (sebuah tameng) berbentuk bulat yang terbuat dari kulit atau kulit kambing dan sapi.
Semua kekhasan tersebut tentulah bukan sesuatu yang kebetulan melainkan mengandung makna yang mendalam yang perlu di kuakan. Keunikan lainnya adalah menari-nari sambil melantunkan nyanyian local.
Nilai pendidikan dalami tarian caci
Ada beberapa nilai-nilai karakter bangsa yang terdapat dalam tarian tari caci diantaranya keberanian, memiliki sikap toleransi, persaudaraan, kekompakan,keharmonisan,kesopanan,estetika,atau seni, rela berkorban, cinta budaya daerah dan bangsa, bertanggung jawab dan kedamaian. Dan persepsi masayrakat terhadap tari caci adalah budaya yang harus dilestarikan, dijaga keutuhan nilai yang terkandung didalamnya, tradisi tari sangat cocok dengan karakter masyrakat manggarai, tradisi tari caci mampu menciptakan masyrakat yang harmonis di tengah pluralitasnya masyrakat manggarai dsan tradisi cacu sudah menakar pada kehidupan masyrakat manggarai sebagai kebudayaan khas manggarai.
Yang menarik dan bermakna dari permainan caci adalah persaudaraan yang sangat tinggi. Tidak ada dendam, walaupun tubuh berdarah akibat terkena pukulan. Bahakan aturanya juga secara lisan yang sudah di ketahui secara umum dan ditaati secara bersama.
2. Budaya lonto leok
Pengertiaan budaya lonto leok
Lonto leok merupakan warisan budaya yang mengandung makna dan nilai bagi kehidupan komunal masyrakat manggarai. Makna dan nilai budaya lonto leok mengikat kehidupan sosial masyrakat manggarai yang senantiasa damai dan rukun. Secara literal kata lonto leok terdiri dari dua kata yaitu lonto yang bearti duduk, dan leok yang berarti melingkar. Jadi kata lonto leok bermakna melingkar. Dengan kata lain lonto leok dapat dipahami sebagai cara atau model duduk melingkar yang dilakukan oleh masyrakat dalam pertemuan dan upacara adat manggarai. Dalam budaya manggarai, lonto leok telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang sebagai salah satu kebudayaan manggarai. Karena itu, masyrakat telah mempraktekan lonto leok sebagai suatu kebiasaan dan menjadikanya sebagai bagianpenting dalam berbagai upacara adat di rumah adat (mbaru gendang). Lonto leok menjadi cirri khas yang telah mengakar dalam masyrakat manggarai.
Pada hakekatnya, lonto leok tidak hanya menggambarkan posisi duduk orang dalam mengikuti berbagai upacara adat didalam rumah adat. Akan tetapi, lonto leok sebagai warisan nenek moyang, memiliki makna dan nilai luhur bagi masyrakat manggarai.
Nilai pendidikan dalam budaya lonto leok
Budaya lonto leok merupakan bentuk musyawara-mufakat dalam konteks masyrakat adat manggarai, Flores, NTT. Seiring dengan berjalanya waktu budaya ini merupakan symbol persatuan, persaudaraan dan kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah sosial dan budaya. Melalui budaya lonto leok dapat memudahkan interaksi dalam kehidupan sosial.
3. Budaya congka sae
Pengertian
Tarian congka sae merupakan jenis tarian magis yang hanya dimainkan pada saat upacara besar seperti, kenduri melalui upacara adat “ kelas paki kaba” (kenduri besar), yang merupakan puncak dari semua ritual adat kematian orang manggarai, dan acara congko loka ( peresmian rumah gendang, gedung besar). Proses ini juga baru bisa digelar setelah seluruh warga sanggup membangun rumah adat yang baru di kampung dan juga telah selesai membuka atau membagi lahan pertanian yang baru.
Tradisi tarian sakral sae diiringi nyanyian dan doa bagi para leluhur desa yang mengiringi prosesi upacara paki kaba atau pengorbanan kerbau dan babi yang dilakukan keluarga desa untuk mengucap syukur atas selesainya rumah adat yang baru mereka bangun

Kata congka sae berasal dari kata congka yang berarti menari dan sae adalah salah satu jenis tarian tradisional manggarai. Biasanya congka sae bersamaan dengan tarian caci dan upacara adat lainnya seperti penti berupa syukuran. Congka sae biasa dibawakan oleh laki-laki atau perempuan yang sudah berpengalaman dan memahami irama hentakan kaki dan goyangan tangan selain itu, tarian sae ditarikan menggunakan sapu tangan dan selendang tanpa alas kaki sebagai penghormatan kepada para leluhur di pelataran depan rumah adat yang baru. Sedangkan tokoh adat menari sambil melambaikan parang. Prosesei tari hingga paki kaba biasanya dilakukan selama 5 hari berturut-turut
Nilai pendidikan dalam tarian congka sae
Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari tarian congka sae yaitu rasa kebersamaan, persaudaraan, dan kekompakan.
Dalam tarian ini masyrakat dapat belajar menghargai sesama serta nilai toleransi yang tinggi
Pembelajaran budaya local disekolah
Salah satu model pengembangan kurikulum sekolah menengah kejuruan (SMK) Di Indonesia, selain yang sudah dikelola secara konvensional pada umumnya, pengembangan kurikulum berbasis budaya local, merupakan salah satu bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat pendidikan kejuruan “ perpaduan antara kurikulum kejuruan dengan kurikulum budaya local yang merupakan sutau keunggulan tersendiri bagi sekolah menengah kejuruan (SMK)” pertama munculnya kurikulum ekstra kulikuler SMK berbasis budaya local diindonesia,, pada tahun 2006” dimana satuan pendidikan dapat melakukan pengembangan kurikulum berdasarkan karakteristik satuan pendidikan itu berada”


Di provinsi NTT kabupaten manggarai sangat kaya akan kebudayaan yang mencerminkan ciri khas orang manggarai seperti tarian congka sae, lonto leok dan tarian caci. Kebudayaan ini menu jukan bagaimana kehidupan sehari-hari masyrakat manggarai. Nilai yang terkandug dalam budaya ini adalah nilai kebersamaan, persaudaraan dan toleransi yang tinggi. Pembelajaran budya local disekolahn diterapkan elalui kurikulum berbasis local selain itu diadakan berbagai acara-acara tertenu dan berbagai perlombaan agar kebudayaan tersebut dapat dilestarikan. Budaya manggarai yang memiliki ciri khas harus tetap dilestarikan agar tidak terpengaruh oleh masuknya budaya asing di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “ Seribu Kunang-Kunang dengan Gaya Analitik” Karya Umar Kayam.

Selamat Ulang Tahun My Inggriani

SMA 3 Borong dan Kisah kita.